0

 Pernah suatu kali ada seorang pelatih olahraga dengan bersemangat berpidato di depan timnya : MUSUH DARI HEBAT ADALAH BAGUS! (the enemy of GREAT is GOOD)

Pernyataan sederhana itu mengandung kebijaksanaan yang luar biasa. Selama kita merasa puas dengan yang bagus, kita tidak akan pernah menjadi yang hebat. Kalau kita cepat puas, kita akan berhenti untuk mencapai tingkat yang lebih tinggi lagi dan celakanya kitapun ikut berhenti belajar mencari sesuatu yang bisa memberikan nilai tambah pada hal-hal baru.

Penulis Inggris, Somerset Maugham, pernah mengatakan, "Yang menarik dari kehidupan adalah jika anda menginginkan hanya yang terbaik, biasanya anda akan mendapatkannya."

Sebaliknya juga benar. Jika anda menginginkan kehidupan yang biasa-biasa atau seadanya, anda juga akan mencapainya. Sejumlah orang menjalani kehidupan tanpa menyadari adanya "alasan" yang membebani mereka. Beberapa orang lain menyadarinya, tetapi terus memelihara "alasan" tersebut.

Mengapa? Karena "alasan" tersebut memberikan zona nyaman, dimana pencapaian seadanya bisa diterima umum.

Mereka dengan rela memelihara berbagai "alasan" tersebut karena hal itu memungkinkan mereka menyerahkan tanggung jawab atas kesuksesan mereka kepada orang lain, sekaligus menimpakan kesalahan atas kegagalan mereka pada orang lain. Mereka punya alasan "yang masuk akal" untuk setiap hal dalam kehidupan mereka. Kebanyakan orang takut untuk merubah sesuatu yang sudah nyaman dinikmati saat ini, mereka sangat tidak ingin merubah atau berubah keadaan yang telah mereka rasakan nyaman tersebut.

Tetapi, jika kita tiba-tiba tidak memiliki alasan apa pun untuk membenarkan pencapaian kita yang seadanya, hanya tersisa dua pilihan sederhana :

1. Menerima 100% tanggung jawab atas situasi di sekitar kita dan mulai melakukan perubahan (kesuksesan!)

2. Menerima bahwa kita tidak mampu mengendalikan kehidupan dan menyerah pasrah (kegagalan!)

Jika dihadapkan pada dua pilihan ini, berubah atau menyerah, tampaknya cukup jelas mana yang seharusnya kita pilih.

Tetapi sayangnya, "alasan" menyediakan pilihan ke-3. Sebuah pilihan yang akibatnya lebih parah daripada kegagalan itu sendiri, yaitu: PENCAPAIAN SEADANYA.

"Alasan" seakan mengubah kita dari orang yang punya niat baik (untuk berubah), tetapi "terpaksa" menjadi korban nasib yang kejam. Kita sebetulnya ingin menjadi hebat, tetapi tidak bisa. Kita ingin mencapai sasaran yang bagus, tetapi tidak mampu melakukannya. Kita tidak memiliki kesempatan, tidak punya gen, keturunan atau bakat sukses, tidak punya nasib baik.... dan seribu satu alasan lain.... yang membuat kita "harus" puas dengan apa adanya yang bisa kita dapatkan.

Pilihan ketiga itu... PENCAPAIAN SEADANYA (BIASA-BIASA SAJA)... bahkan lebih buruk daripada kegagalan total.

Bila jatuh ke dasar, paling tidak akan memaksa kita untuk melihat kembali keadaan kita, dan mempertimbangkan pilihan-pilihan lain. Ketika anda menumbuk dasar dan mendapati diri anda pada titik terendah kehidupan, hanya ada satu jalan yang harus dituju : NAIK.

Penderitaan, kegagalan total, atau kehancuran mutlak menciptakan situasi LAKUKAN ATAU MATI, yang akan memaksa kita bertindak.

Namun tidak begitu dengan pencapaian seadanya. Bahaya terbesar dari pencapaian seadanya adalah bahwa HAL ITU BISA DITOLERANSI. Kita bisa "nyaman" hidup di tengahnya dan terbiasa dengannya.

PENCAPAIAN SEADANYA ini mungkin terasa mengganggu, atau kadang terasa cukup menyakitkan begitu disadari. Tetapi seringkali tidak pernah cukup membuat frustasi, untuk membuat kita memutuskan melakukan perubahan.

Hal yang ini seringkali kita temui dilingkungan kita tinggal bisa jadi itu adalah keluarga, teman, tetangga, rekan kerja dan seterusnya. Apakah anda kenal seseorang yang berada dalam situasi seperti itu?

Bagaimana dengan anda sendiri?

Dari : Berbagai Sumber..

Post a Comment

 
Top
close